Ark (Intermezo)

sebegitu pintarnya kau membaca isi hati yang tak sempat ku ucapkan kepadamu?
"Kamu kenapa?"kataku terpaku.
"Bisa kamu jauhi Saya?" Katanya pedas.
Saya tertohok, melihat dia dengan ubun-ubun kepala yang panas, dengan ludah yang tercekat.
"maksudnya?" Saya tercekat mengucapkanyya.
"Ya kamu pergi dari Saya, belasan tahun kamu berada di dekat saya, kamu engga jenuh?" ia tertawa diantara kata-katanya yang sarkartis.
saya meneggakkan tubuh, menonggakkan kepala dengan kedua lengan menopang tubuh saya yang sedang duduk di samping Ryan.

--------
"Nay!!!" Saya terperanjat, mencari sumber suara.
"Ark !!" Kataku berteriak kaget.
"stop calling me that! " dia melipat tangannya di depan dada, kemudian tersenyum menghampiriku. Aku tertawa kecil.
"Aku habis berbicara dengan Ryan loh!" Kataku Riang. menatap ke depan.
"oh ya?" Arkana tersenyum kecil.tertarik, Aku suka Arkana, Ia adalah teman ku yang paling baik, mau mendengarkan keluh kesahk dengan wajah yang ceria, tidak seperti yang lain hanya memandangku dengan tatapan yang.. ah entahla aku tidak mengerti.
air mukaku berubah menjadi sedih karena percakapan tadi, percakapan yang singkat karena Ryan buru-buru pergi.
"sayang dia lagi-lagi nyuruh Aku pergi, kenapa sih Ark?" Aku menatap Ark, Ark lagi-lagi tersenyum membelai rambutku.
"yaudah kamu harus jauhin dia berarti.."katanya, aku menatapnya marah kemudian meninggalkannya dengan kesal.

--------

Pertahanan gue jebol juga, gue menghapus air mata yang menggantung di pelupuk mata, menghembuskan nafas berat. Nay sahabat gue yang gue sayangi, takdir tuhan  dan sebuah "free will" yang mempertemukan kita dan keinginan gue yang mau jadi sahabat dia.
ini Rumah Sakit Jiwa.
tempat dimana nyokap gue dan dia tinggal.
percakapan itu seperti makanan sehari-hari buat gue, Ryan.RyanRyan.
orang itu udah meninggal kata suster, dan hanya nama Ryan yang disebut selama 3 tahun gue bolak-balik nemenin nyokap gue. gue harus pelan-pelan mengendap mendekati dia. lalu seolah-olah bermain petak umpet dan membentuk mulut gue berkali-kali bahwa gue ARKANA, itu pun jarang sekali berhasil, kadang dia teriak teriak ngeliat gue, kadang ketawa, kadang wajah polosnya itu tersenyum yang bikin hati gue meringis.

Nay adalah Refleksi gue.
gue nggak perduli berapa banyak Ryan yang lo sebut, gue nggak perduli lo cuma jadiin gue bahan Intermezzo. Gue akan menunggu lo sembuh dari gangguan Disolatif. seperti gue rawat Nyokap gue.


Tidak ada komentar:

Semoga kita kuat dan mampu

Tak ada cara yang lebih sempurna dari menerima rasa sakit itu sendiri. Seperti ketika kamu jatuh karena gravitasi, biarkan saja jatuh. Jik...