PPL DI SEKOLAH INDONESIA BANGKOK SERI 1 (TENTANG PPL)

----

Telat banget sih untuk nulis karena kemarin-kemarin emang masih adaptasi. Jadi cuma nulis iseng aja di catatan kecil tentang dari awal perjalanan di Bangkok. Dan ada juga yang nanya gimana proses keluar negeri ini hehehe. dari dasar itu, Aku coba nulis ya. Karena katanya, yang abadi itu tulisan :D
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi teman-teman semua. Maafkan jika penulisan ini kurang enak dibaca dan lebih kayak curhat hehe.

CHAPTER 1 – PPL di Thailand, Kok Bisa?


Jadi gini ceritanya, sebenarnya nggak ada yang spesial kok. Tetap, karena Allah yang nakdirin semuanya. Karena waktu itu, udah pasrah banget mau total aja ngajar di Tasik. Ternyata, Allah kasih kesempatan buat dapet pengalaman di lain tempat.
Waktu semester muda dulu, emang sempet mupeng (muka pengen) gitu ngeliat kakak tingkat yang KKN-PPL selama 5 bulan di Thailand. Kayak, wow! Mereka fighter banget gitu, ngeliat teh Anisa, kang Tantan, dan yang lainnya. udah mah emang Aku suka banget hal-hal yang beda dan menantang, jadi langsung do’a “I will be there, soon!”. Tapi, pas ditunggu-tunggu ketika semester 5, nggak ada kabar banget tentang program KKN-PPL ini huhuhu L
Akhirnya, Aku pun KKN di daerah Purbaratu Tasikmalaya.
Tiba saatnya kontrak mata kuliah PPL. Waktu itu emang udah ada desas-desus di grup angkatan plus dosen kalau ada program PPL di luar negeri, tapi di Malaysia. Yaudah, daftar dong. Muthia Hilfah. Widih, daftar aja duluk :D
Waktu itu, lagi fokus banget jadi pimpinan produksi di pentas akbar teater, salah satu amanah terbesar sepanjang Aku berorganisasi. Seingatku, ada belasan orang yang berminat PPL-LN ini. Aku juga kurang tahu ini program dari mana, karena memang terkesan bias sekali, kabarnya pun simpang siur.Sudah lupa juga tapi tetap ngobrol aja gitu ke Allah “ini benaran nih nggak akan dikasih kesempatan tahun ini? yaAllah kepengen” hahaha maapin anaknya ngotot.
Terus akhirnya ada pemberitahuan kedua mengenai seleksi PPL-LN, disuruh ngisi formulir dan dikasih tau biaya yang harus ditanggung. Tapi waktu itu, Aku lagi fokus banget ke pentas akbar, jadi nggak kepikiran megang hp juga. Gabuka grup grup kayak gitu, yang dibuka cuma chat yang berhubungan sama kepentingan pentas. Waktu itu Cuma kepikiran “yaudah kalau emang rejeki akan diberangkatkan, sekarang fokus pentas dulu”. Nggak, nggak ngirimin formulir. Pupus sudah harapanku………….
Selesai euphoria pentas Aku kembali sibuk dengan persiapan PPL, amanah di organisasi juga di copot satu-satu. Kemudian, waktu itu lagi galau aja terus beres-beres, nyuci piring biar capek, pokoknya gimana caranya nanti malam cepet tidur.
“mut?”
“ya?”
Ngeberentiin musik.
Kemudian mengalirlah tawaran yang kedengarannya mustahil itu, soalnya emang nunggu kabar burung banget sedangkan PPL di depan mata. Dosenku nawarin akuu untuk nunggu kabar dari pihak P2JK agar Aku bisa berangkat ke Malaysia, padahal Aku tahu, kesempatan itu sudah di isi oleh 2 orang. Sahabatku sendiri.
“kamu mau kan? Tunggu kabar ya, berangkat ya bener?”
Aku ngangguk sambil ngebilas piring yang dicuci.
Sebelum ke orangtua, Aku sempet diskusi juga sama teman dekat dan dia bilang “nggak ada alasan yang bikin Aku nggak berangkat”. Oke. Pas izin ke orang tua juga kayak dapet lampu hijau gitu.
Setelah berbicara mengenai kelebihan kekurangan Aku PPL di luar negeri, akhirnya orangtua Aku bilang lakukan aja yang terbaik menurut Aku. They’re open minded.
Setelah H-3 hari pembekalan PPL, Aku dihubungi dosen tersebut.
“mut segera buat passpor ya”
Hah? Jadi nih?
“tapi ke Bangkok ya, tetap mau kan? Nggak beda jauh kok”
Hah? Bangkok? Mario maurer?
“ehhh bentar bu izin dulu orang tua!” kataku refleks teriak.
Dia ketawa.
“santai aja mute, santai”
Aku mikir-mikir lagi sih, kalau Malaysia kan nggak beda jauh kayaknya dari segi bahasa, kultur, dan makanan. Ini Bangkok?
Yaudah deh solat disitu, tapi ternyata yakinnya berangkat guys…..
Emang orangnya suka tantangan gitu L
Aku kayak punya pikiran, kayaknya kalau nggak maksain nggak akan tercoret tuh impian ke luar negeri, kapan lagi sih? 22 tahun itu target Aku ke Jepang, ya sebentar lagi sih… meskipun bukan Jepang seenggaknya luar negeri wkwkk norak banget ya.
Gitulah galau hatinya.
Yaudah akhirnya keesokan harinya, Aku bilang orangtua. Mereka juga tetap ke keputusan awal. “silahkan aja kamu yang tahu kebaikan kamu”.
Oke dengan waktu terbatas itu. Aku konfirmasi ke dosen kalau Aku siap-siap aja tapi belum buat passport.
Aku buat passport selama 9 hari karena terpotong sabtu minggu dengan segala drama yang Aku hadapi. (mungkin akan aku bahas di chapter lain)
Waktu pembekalan PPL dahulu, sebenarnya sudah diumumkan kalau Aku memang akan PPL di Thailand, tapi karena belum ada kepastian tanggal berangkat  jadi nya di suruh ngajar dulu di SD Tasik. Di SDN Sukamulya ini Aku benar-benar belajar persiapan mengajar disana. Buat RPP, nulis sambung RPP, dan sharing mengenai kegiatan disini.
Surat tugas dari Rektor sudah dikantongi, tiket pesawat juga sudah dikantongi.
Yap this time to my first trip to other country :D
Setelah pamitan ke dosen pembimbing, kapordi, wadir, direk, dan teman-teman. Berangkatlah AKu sendiri ke Bandung menggunakan Elf dengan koper gede, tas gendong dan tas kecil.
Kenapa Aku bisa berani?
Karena Aku percaya, selalu ada orang-orang baik disekitar kita.
Selalu ada.
Allah nggak akan membuat kita susah. Tapi realistis juga dengan biaya ya. Alhamdulillah, uangku rasanya cukup dengan kadar hemat.
Aku menginap di rumah temanku yang bernama Lilis, dia sekarang teman sekamar di Bangkok. Besoknya kita berangkat dari jam 9 dari Bandung ke Bandara Soekarno Hatta-Cengkareng, (disini ada cerita lucu dari temanku Nadin, dia tertinggal pesawat dan harus menambah biaya pesawat untuk bisa berangkat keesokan harinya).
Kami sudah check-in bagasi dari pukul 14.45, setelah menunggu nadin tetapi belum kunjung datang karena ada halangan.
Jam 16.45 kami terbang menuju Thailand selama 3 jam setengah.
Beautiful journey :’)

Jadi juga PPL di Thailand.

(Penampakan jalan di Bangkok yang banyak gedung pencakar langit)

BIG C BANGKOK (salah satu pusat belanja di Bangkok)

Tidak ada komentar:

Semoga kita kuat dan mampu

Tak ada cara yang lebih sempurna dari menerima rasa sakit itu sendiri. Seperti ketika kamu jatuh karena gravitasi, biarkan saja jatuh. Jik...