Dekap Malam

sudah 1 bulan beberapa hari saya di Tasikmalaya, tinggal di asrama kampus yang nyaman dengan segala plus minusnya, people come and go.... people moving forward.
yap. Ingatan sebuah tali pertemanan dahulu sering menyelinap di ingatan dan relung hati saya, saya rindu mereka. rindu dengan segala tawa lepas, omongan yang ceplas-ceplos, tingkah yang menjengkelkan, tingkah yang konyol, cerita berjam-jam tanpa terasa, masih banyak moment yang kadang berkesan dan sering tidak berkesannya.
makna kebersamaan itu baru terasa ketika kita jauh dari orang itu, itulah yang saya rasakan. ketika disini saya berusaha mempunyai teman, ketika disini saya harus menekan rindu kepada mereka, ketika saya sering membandingkan sahabat saya dulu dengan sekarang.
people come and go...
Mereka masih tetap datang dengan gagah walau jarak memisahkan. walau tatap wajah sulit, walau bahu tak bisa saya sandari, walau pelukan tak bisa tercapai-- kita punya hati. kita punya cinta yang menghasilkan telepati untuk bebagi rasa emosional ini.
kita pantulkan suara kita pada alat pemancar lalu meluncurkan percakapan malam-malam panjang sampai kamu berkata
"wah? sudah 3 jam?"
itulah sahabat. ketika kita mengobrol ngalor-ngidul tak terasa berjam-jam.
mereka masih setia mendengat, memahami dan bertahta pada perluasan hati.

walau awalnya ada rasa benci... ketika sudah mengenal... persepsi itu bisa berubah seketika. bukankah kesan pertama itu belum tentu benar ?
tak apa meski saya disangka ini itu. saya tetap tulus berteman dengan mereka.
saya mempunyai 4 orang kuntum baru, 4 orang yang in sha Allah akan menjadi rumah. rumah itu memang belum menjadi tempat berbagi keterpurukan, rumah itu masih berbentuk pondasi dan ubin tempat untuk berbagi makan, berbagi perih "sama-sama" anak rantau, tempat duduk untuk setidaknya-istirahat, tertawa pada taraf "ngakak" karena kejadian spontan untuk merelekskan jenuhnya mata kuliah.
tempat untuk teman sholat alias berjamaah.
jika kita sulit untuk berubah sendiri, mari kita lakukan bersama sama kan?

alhamdulillah, maka nikmat manakah lagi yang aku dustakan yaTuhan?
ketika malam ini seperti mendekap ketika Aku menceritakan sahabat-sabahat yang engkau beri untuk membantuku ke arah yang lebih baik, bersama meraih mimpi, cita-cita dan cinta :)

semoga pesahabatan ini diridhai oleh engkau yaRabb, dan semoga jangan antara dusta diantara kami....

by muthia hilfah

Tidak ada komentar:

Semoga kita kuat dan mampu

Tak ada cara yang lebih sempurna dari menerima rasa sakit itu sendiri. Seperti ketika kamu jatuh karena gravitasi, biarkan saja jatuh. Jik...