Semalam tadi bukan suatu kebetulan lagi bahwa saya
memimpikan ia, ia bagai sembilu yang menyesakkan, menyadarkan bahwa kedekatan
bukanlah awal dari benih benih asmara yang pantas untuk dikembangkan, ia yang
diam-diam menaruh harapan pula dan menularkan perasaan diam-diam itu. Akhirnya,
hanya seorang Saya menelan pahit ketika sang ia pergi menjadi bayang-bayang
hanya perasaannya bukan raganya.
Hari ini kepulangannya dari studinya di Aussie selama 4
tahun. Setelah melempar senyumnya- yang amat kurindukan. Ia duduk disebelahku.
“kau tahu ini siapa?” katanya.
“apa?” Saya menautkan alis saya. Kemudian menelan pahit
melihat sahabat lama saya terpampang di layar sentuh ponsel Asus-nya.
Saya berhasil menemukan suara saya. “dia sahabat lamaku”
Saya tersenyum. Tipis sekali.
Bara terpekik senang. “Lucu sekali. Kukira ini permulaan
yang baik. Kau menerimanya?” dua bola mata itu berbinar.
“tentu saja aku senang jika kamu senang bara” saya tertawa
memukul lengannya.
“terimakasih Ambar. Pacar Sekolah Dasar-ku..”Ia memandang
ke depan.
Deg! Tiba-tiba oksigen di sekitar saya terasa sedikit
sekali. Rasanya mataku perih. Aku menarik nafas mengontrol emosiku.
“kalau mau menangis. Menangislah” kata bara sambil menengok
ke samping kanan, kami duduk bersebelahan.
“apa?” Saya mengerjapkan mata. Mengusir kecanggungan kita.
4 tahun kita tak bertemu dan ia memberikan kabar mengejutkan itu. Shita.
Sahabat lamaku. Dia sudah besar rupanya, bukan anak kecil yang selalu Saya
gandeng dulu. Dan sia-sia saja Saya menunggu kepulangannya dari Aussie, meski
rindu menggebu tiap kali ia tak menghubungi Saya.
Sahabat Sekolah Dasar. Hanya kekasih pura-pura karena dulu
ia risih dengan teman-teman yang mengaguminya.
Diam.
Lalu..
“Ambar Lestari ? Usia kita sudah 23 tahun, Aku sudah
menyelesaikan studiku, begitupun kamu dengan studi ekonomimu itu..” Bara
menggantung kalimatnya.
Saya mengernyit, gerak-gerik nya jika akan berbicara
serius.
“jarak dan waktu membuatku sesak memikirkanmu, Aku tak mau
menampik lagi. Aku tak perduli jika hubungan kita mungkin tidak akan baik-baik
saja setelah ini.. “ suaranya merendah.
Apa? Dia mau pergi bersama Shita?
Hening.
“Angga Ambara. Lanjutkaaan” Saya merajuk. Menuntut Bara
melanjutkan pembicaraannya.
“Ambar maukah kamu menikah denganku?”
Deg! Tiba-tiba oksigen sangat sult dihirup,
“APA?” saya berhasil mendapatkan suara.
Bukannya saya tidak dengar, tapi entah mengapa hal itu
sangat mustahil.
Dia menghela nafas, mengeluarkan kotak beludru merah, wana
kesukaan saya. Air mata saya sudah dipelupuk.
“Aku tahu kau dengar kalimat tadi... “Ambara tersenyum
bahagia.
“T-tapi-“tiba-tiba lidah saya kelu. Bagaimana Shita?
“20 tahun lebih Ambar, Aku lebih mengenal mu daripada kamu
sendiri, inilah alasan Aku selalu disampingmu. Aku takkan melepaskanmu Ambar,
cukup 4 tahun Aku mengamatimu meratapiku..” ia tergelak, menepuk puncak kepala
saya
Aku merutuk diri meski hati ini bahagia sekali, sekarang
Oksigen terasa berlebihan memasuki rongga paru-paruku.
“kamu curang!” Saya merutuk meski mati-matian menahan
senyum.
Ambara tergelak.
“Aku hanya tidak mau merusak suasana persahabatan kita
sampai waktu ini kan? Skenerio ku bagus bukan? Dan kau.. aktor terbaik dalam
memendam rasamu itu, sayang. Sayangnya Aku mengetahui aktingmu itu..” jelas
Bara panjang lebar.
Saya tertawa, menutupi degup jantung ini, menutupi salah
tingkah saya.
“semoga sang Sutradara merestui pernikahan kita” ucap Saya
percaya diri.
“semoga.. Tuhan akan merestui kita” Ambara menjawab mantap.
“jadi Aku diterima?” katanya bertepuk tangan.
Aku menghela nafas.
“masih ingin jawaban?”saya bertanya retoris. Ia menggeleng
sambil tersenyum, menatap saya kemudian memakaikan cincin itu di jari manis
dengan hati hati. Setitik air mata saya jatuh pertanda kebahagiaan.
Hening.
“ohya! Lagian Aku sudah melamarmu sebelum ke Aussie” ia
meleletkan wajahnya.
Kejutan lagi?
Saya memukulinya gemas, pantas saja ayah dan bunda tidak
pernah bertanya meski anaknya ini seperti jomblo seumur hidup.
Saya menggelitiknya, kami tertawa bersama. Tawa bahagia
karna penantian yang tak sia-sia.
Tawa bahagia karena Ambara dan Ambar akan saling
berdampingan dalam hidup.
“bagaimana Shita?”kata Saya tanpa bisa menyembunyikan rasa
cemburu.
“hm? Justru dia yang jadi kaki tanganku menyaksikan
ratapanmu itu..” Ambara tersenyum jahil. Aku mencebik. Memajukan bibirku
beberapa centi. Ambara tertawa lepas melihat wajah Saya.
“Ambar-KU !” teriakkan seorang yang cempreng, Saya terpekik kemudian segera menuju
perempuan yang sangat ingin Saya peluk-Shita..
“thanks sist..” Saya berbicara sangat pelan, meluapkan rasa
bahagia saya dalam pelukan, ia mengelus punggung saya. Kemudian mengangguk.
“its enough liat kamu 4 tahun kayak hidup segan mati tak
mau” Shita tertawa keras.
Kami tertawa.
“oh my.... pertemuan-pertemuan gak disengaja itu kamu
stalker Aku ya?” Aku memicingkan mata.
“hehehe gak juga kan Aku sambilan, hanya mengawasi kamu
tetap dijalanmu..” Shita melirik Ambara.
Saya menggelitik Bara. Bara tertawa.
Kami tertawa.
Terlalu banyak tawa diantara degupan jantung ini. Terimakasih
Tuhan. Telah mengirimkan sahabat-sahabat yang luar biasa untuk Saya.
“dan kita marriednya bareng” Shita berujar kalem.
“APA?!”Saya pekik diiringi tawa mereka. Dan tambahan tawa
lain, Ridhan. Mantan kekasih Shita.
Kejutan lagi.
“nggak usah pucat gitu ambar-ku, mereka nggak pernah
benar-benar putus sayang.. “ Bara merangkul Saya. memberikan senyuman yang
menghangatkan.
Saya tersenyum tulus. Atmosfer kebahagiaan sangat terasa
dihati Saya.
Ambar Lestari dan Angga Ambara
Mayshita maulida dan Moch. Radhan Naufal
Akan menikah pada waktu, tempat dan kondisi yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar